Forensik adalah bidang
ilmu pengetahuan yang digunakan untuk membantu proses
penegakan keadilan melalui proses
penerapan ilmu atau sains. Dalam kelompok ilmu-ilmu forensik ini
dikenal antara lain ilmu fisika forensik, ilmu kimia forensik,
ilmu psikologi forensik, ilmu kedokteran forensik,
ilmu toksikologi forensik, ilmu psikiatri forensik, komputer
forensik, dan sebagainya.
1.
Penjelasan Ilmu Kedokteran Forensik
Ilmu kedokteran Forensik merupakan salah satu disiplin ilmu yang
menerapkan ilmu kedokteran klinis sebagai upaya penengakan hukum dan keadilan.
Dengan semakin banyaknya kasus kriminal khususnya pembunuhan, forensik
kedokteran berfungsi sebagai prosedur medik untuk menentukan penyebab, lama
kematian, atau mengevaluasi proses penyakit, dan trauma yang terjadi terhadap
korban. Untuk melakukan forensik kita perlu melakukan identifikasi karena dalam
ilmu kedokteran Forensik identifikasi merupakan hal yang penting, Identifikasi
merupakan cara untuk mengenali seseorang melalui karakteristik atau ciri – ciri
khusus yang dimiliki orang tersebut.
2.
Tujuan Ilmu Kedokteran Forensik
Di negara yang berlandaskan hukum, maka sudah selayaknya jika
hukum di jadikan supremasi, dimana setiap orang di harapkan tunduk dan patuh
terhadap hukum tersebut. Hal ini terjadi bila tersedia perangkat hukum yang
mengatur seluruh sektor kehidupan, diantaranya adalah sektor kesejahteraan
rakyat. Salah satu dari bagian sektor kesejahteraan yaitu kesehatan, maka di
sini di perlukan perangkat hukum kesehatan guna mewujudkan masyarakat yang
sejahtera. Dalam upaya mewujudkan masyarakat sejahtera khususnya melalui hukum
kesehatan, dokter merupakan salah satu faktor penting yang harus di soroti
bersama. Karena dalam praktik kedokteran kesalahan dokter dalam menjalankan
tugas dapat mengakibatkan sesuatu yang fatal.
Peranan dari kedokteran forensik dalam penyelesaian perkara
pidana di Pengadilan adalah membantu hakim dalam menemukan dan membuktikan
unsur-unsur yang di dakwakan dalam pasal yang diajukan oleh penuntut. Serta
memberikan gambaran bagi hakim mengenai hubungan kausalitas antara korban dan
pelaku kejahatan dengan mengetahui laporan dalam visum et repertum.
Disamping itu, diperoleh hasil bahwa dalam setiap praktek persidangan yang
memerlukan keterangan dari kedokteran forensik, tidak pernah menghadirkan ahli
dalam bidang ini untuk diajukan di sidang pengadilan sebagai alat bukti saksi.
Implikasi teoritis persoalan ini adalah bahwa hakim dalam menjatuhkan putusan
suatu perkara yang memerlukan keterangan dokter forensik, hanya memerlukan
keterangan yang berupa visum et repertum tanpa perlu menghadirkan
dokter yang bersangkutan di sidang pengadilan. Sedangkan implikasi praktisnya
bahwa hal ini dapat dijadikan pertimbangan bagi hakim dalam menangani perkara
yang memerlukan peran dari kedokteran forensik.
3.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik
Salah satu cara identifikasinya adalah dengan cara antropometri
yaitu, pengukuran bagian tubuh dalam usaha melakukan identifikasi. Bertillons
memakai cara pengukuran berdasarkan pencatatan warna rambut, mata, warna kulit,
bentuk hidung, telinga, dagu, tanda pada badan, tinggi badan, panjang dan lebar
kepala, sidik jari, dan DNA.
4.
Contoh Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik
Pemindai sidik jari adalah sebuah perangkat elektronik yang
digunakan untuk menangkap gambar digital dari pola sidik jari. Gambar tersebut
disebut pemindaian hidup. Pemindaian hidup adalah pemrosesan digital untuk
membuat sebuah template biometrik yang disimpan dan digunakan untuk pencocokan.
Ini merupakan ikhtisar dari beberapa sidik jari yang lebih umum digunakan
sensor teknologi.
Sebuah sistem pemindai sidik jari memiliki dua pekerjaan, yakni
mengambil gambar sidik jari, dan memutuskan apakah pola alur sidik jari dari
gambar yang diambil sama dengan pola alur sidik jari yang ada di database. Ada
beberapa cara untuk mengambil gambar sidik jari seseorang, namun salah satu
metode yang paling banyak digunakan saat ini adalah optical scanning.
Inti dari pemindai
optik adalah charge coupled device (CCD, Peranti tergandeng–muatan),
sistem sensor cahaya yang sama digunakan pada kamera digital dan camcorder. CCD
merupakan sebuah larik sederhana dari diode peka cahaya yang
disebut photosite, yang menghasilkan sinyal elektrik yang merespon foton
cahaya. Setiap photosite merekam sebuah piksel, titik kecil yang
merepresentasikan cahaya dan membenturnya. Pixel-piksel ini membentuk pola
terang dan gelap dari sebuah gambar hasil scan sidik jari seseorang.
Proses Pemindai sidik
jari
Berikut ini beberapa
sistem pembacaan yang kita temukan di beberapa sistem sensor sidik jari
elektronik, baik sensor online maupun stand alone.
1. Optical (Optis)
Teknik pembacaan dengan optical atau optis mempunyai sistem merekam pola sidik
jari dengan menggunakan blitz(cahaya). Alat pembaca sidik jari atau fingerprint
scanner yang digunakan adalah berupa digital cammera (kamera digital). Untuk
lapisan paling atas area untuk meletakkan ujung jari atau permukaan sentuh
(scan area). Di bawah scan area, terdapat lampu blitz atau pemancar cahaya yang
difungsikan untuk menerangi permukaan ujung jari. Karena sidik jari terkena cahaya
maka akan menghasilkan pantulan dari ujung jari yang selanjutnya ditangkap oleh
alat penerima. Data tersebut selanjutnya disimpan ke dalam memori. Sistem ini
banyak digunakan di berbagai perusahaan penyedia pemindai sidik jari
seperti Fingerspot.
2. Ultrasonik
Ultrasonik adalah suara atau getaran dengan frekuensi yang sangat tinggi dan
tidak bisa didengar oleh telinga manusia, yaitu kira-kira di atas 20 kilo
Hertz. Gelombang ultrasonik dapat merambat dalam medium padat, cair dan gas.
Tehnik ini hampir sama
dengan tehnik yang digunakan dalam dunia kedokteran seperti alat pendeteksi
penyakit atau USG. Dalam tehnik ini, digunakan suara berfrekuensi sangat tinggi
untuk menembus lapisan epidermal kulit. Suara frekuensi tinggi tersebut dibuat
dengan menggunakan transduser piezoelektrik. Pantulan frekuensi tersebut
diterima menggunakan alat yang sejenis. Selanjutnya pola pantulan ini
dipergunakan untuk menyusun citra sidik jari.
Dengan Pembacaan
ultrasonik, tangan yang kotor tidak menjadi masalah. Demikian juga dengan
permukaan scanner yang kotor tidak akan menghambat proses pembacaan.
3. Capacitive
(Kapasitans) Tehnik Kapasitans menggunakan cara pengukuran kapasitant untuk
membentuk citra sidik jari. Scan area dan kulit ujung jari yang bersentuhan
sebagai kapasitor dari sistem ini. Karena tekstur sidik jari mempunyai ridge
(gundukan) dan valley (lembah) pada maka kapasitas dari kapasitor masing-masing
orang akan berbeda.
4. Thermal (Suhu)
Tehnik Thermal sistem pembacaan dengan menggunakan perbedaan suhu antara ridge
(gundukan) dengan valley (lembah) tekstur sidik jari untuk mengetahui pola
sidik jari. Cara yang dilakukan adalah dengan menggeser ujung jari (swap)
diatas lapisan scan area. Apabila ujung jari hanya diletakkan saja, dalam waktu
singkat, suhunya akan sama karena adanya proses keseimbangan.
Sumber:
Kelas : 4IA09
Anggota kelompok:
Anggota kelompok:
Alfinza Raendina S.
Hutomo Prima Dewanto
IN Putera Astawan
Widyanto Ardy P.
Yudhi Prasongko
|
50410549
53410339
53410486
58410499
58410729
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar